Pameran lukisan Addictive, tengah
berlangsung di Gedung Juang tanggal 22 – 29 Juni 2024. Ada lima belas perupa
muda : Abdul Hadi, Akbar Ardiansyah, Auliandika Lazzuardy, Dicky
Alfiansyah, Fajar Ramadhani, Genggam Bara Juang, Habib Fajar Santoso, Ilham
Jawahar, Iqbal Widyawan Prawiro Admojo, Krisna Jiwanggi Banyu, Leni KM, Lukman
Hakim, Marzuki Badriawan, Susiyo, dan Tasya Nabiella Buchori.
Tiga puluh enam lukisan yang dipasang di Gedung Juang seperti memancarkan signal luapan kegairahan para perupa muda
Banyuwangi, dorongan support moral besar dari para seniornya menjadi
pembakarnya.
Pada pameran yang dibuka Hasan
Basri (Ketua DKB) bersama suhu para perupa S. Yadi K (22/04/2024), dipamerkan
karya-karya perupa muda Banyuwangi yang secara umum telah memiliki goresan-goresan
yang memiliki bentuk (karakter) sebagai perupa. Meski bila kita perhatikan, tidak
semua karya terlihat originalitasnya. Mungkin karena usia mereka, tengah
berproses untuk melakukan pencarian jati dirinya. Beberapa diantaranya tampak terinfluenced
bergaya terlalu umum. Tetapi pancaran kegairahan dari para perupa muda
Banyuwangi, membuat saya menjadi bergairah untuk berkenalan
dan mengenalkan sosok Leny KM. Hidung kurator Sarwo Prasojo memang tajam.
Berjuang melawan opium selamatkan ovum, melalui goresan
kanvasnya.
Coba perhatikan diantara 36 (tiga
puluh enam) lukisan yang dipajang di Gedung Juang, salah dua diantaranya
terdapat lukisan karya dari Leni KM, yang berjudul : Balada Si Jelita #1
dan Balada Si Jelita #2 cukup menyeret saya
untuk membicarakannya.
Kedua lukisan Leni KM yang dipamerkan memiliki thema sama, bercerita lurus sejalan dengan isyu thema Addictive yang sengaja diangkat oleh panitia Perupa Banyuwangi. Menurutnya sumber inspirasi semua karyanya tidak jauh bersumber dari semua object yang berada di bumi. Tuhan menciptakan, alam dunia ini dalam bentuk keseimbangan. Tetapi banyak hal yang tersembunyi didalamnya untuk bisa dipotret dalam kanvasnya.
Sehingga pada kedua lukisan itu,
tampak sekali bahwa perubahan fungsi keindahan warna warni taman hamparan bunga
Opium nan amboi, sengaja untuk ditangkapnya ketika mengalami perubahan fungsi
itu. Diketahuinya kandungan getah opium sebagai bahan baku narkoba membentuk
keresahannya. Bunga Opium dalam lukisannya berperan sebagai ancaman, indung
indung telur (ovum) berserakan disekitar ladang opium digambarkannya sebagai
anak-anak masa depan bangsa yang sangat rentan dipengaruhi narkoba pada jaman
sekarang.
Pada karya Balada Si Jelita #1,
tampak gambaran sang obyek wanita tengah asik melepas sangkar dan bermain dengan
6 (enam) burung pipit, 3 (tiga) ekor Kolibri berparuh pedang, dan 6 (enam) ekor
ikan hias yang berenang pada akurium rok wanita. Posisi diluar dan didalam
sangkar, sengaja ditonjolkannya guna mengirimkan pesan bahwa begitu rentannya
ancaman narkoba didalam interaksi pergaulan sosial mempengaruhi eksistensinya.
Tak lupa Leni Km dengaja mendegradasi taman opium, dengan bukit gersang sebagai
latar belakang. Leni sengaja menghadirkan degradasi warna dalam lukisannya
untuk memberikan Gambaran perubahan ancaman kesengsaraan pada para pengguna
narkoba. Sedangkan pada karya Balada Si
Jelita #2, sabg obyek Wanita yang masih bermain-main di taman opium, terlihat
menyatu berbalut pohon tua, yang menjadi gambaran ancaman kematian bagi
penggunan narkoba.
kedua lukisannya berobyek wanita yang sama, Dimana pada kepalanya dipenuhi bunga-bunga aneka warna sebagai gambaran harapan-harapan kebaikan dan kelembutan sosok wanita. Leny tampaknya konsisten dalam mendukung thema Addictive yang diselenggarakan panitia pameran. Ataukah pihak panitia pameran yang lentur sejalan dalam mengikuti alur berpikirnya Leni KM dalam kanvas untuk kampanye anti narkoba ? Dengan melihat 6 (enam) karya Akbar Ardhian, lukisan yang disebutnya sebagai aliran Pop Art, maka pilihan pertama saya duga yang mendasarinya. Sebab tampak ada irama thema yang digerakkan oleh seorang konduktor....
Walaupun dari cerita Balada Si
Jelita jelas sekali membuat simbol kegundahan, tetapi karakter Leni KM terpancar
sebegitu kuat dan menonjol. Perupa alumnus Seni Rupa Universitas Negri Malang
ini, seperti ingin berkata bahwa sosoknya benar-benar sangat menyukai keindahan
dan kedamaian. Kondisi yang menimbulkan kekwatiran saya,
karena akan membuat tidak berfungsinya Alert Alami sebagai tanda bahaya
yang bisa jadi akan mengantarkannya langsung menuju kepada level kritis.
Obyek Wanita dan judul Balada
Si Jelita daalam 2 (dua) karya yang disodorkan Leni KM dalam pameran Gedung
Juang memiliki kesamaan obyek. Leni KM terlalu asyik ingin cepat berpoduksi
tanpa bergerak dalam satu tempat duduk, Leni KM terllihat nyaman dan masih enggan
bergerak dari tempat duduknya mengambar obyek individu yang disukainya. Sepertinya
Leni KM sengaja menyambut pameran addictive 2024 dengan suka cita, tidak ingin
kehilangan momentum. Sehingga kesan terburu-buru bisa kita baca dari persamaan
obyek Wanita dan judul. keinginan produksi secepatnya untuk membantu kampanye anti narkoba, membuat pantatnya tak
ingin beranjak dari tempat duduknya. Saya teringat Le Mayeur (1935-an), yang terus menerus menghajar istrinya Ni Polok untuk dijadikan obyek lukisannya. Menjadikan pilihan obyek berulang sebagai ekspresi keterkaguman Le Mayeur pada lekuk keihlasan Polok. Tetapi Leni KM memang pemalas dalam mencari obyek dan selalu memakai perulangan judul bernumerik dalam kesukaannya.
Fatah Yasin Noor (seniman Banyuwangi) saat berinteraksi,
terdengar mencoba memantik Leni KM untuk memberi gairah melalui caranya. Bahwa
rona wajah obyek kedua wanita yang sama terlihat sangat kurang ekspresif. Fatah
memang sangat piawai dalam mengobok-obok adrenalin kemajuan dibidang seni.
Mengikuti jejak langkah Leni KM, ikan, burung, dan bunga,
bukanlah satu-satunya obyek property yang menjadi andalan obyek lukisan Leni KM
sebagaimana halnya di Pameran di Gedung Juang.
Sejak tahun 2018 karya Leni KM, juga bermain dalam ranah berbeda.
Lihatlah seperti Pesona Yang Semu (lagi-lagi nama sama berlabel angka), tampak
sekali perbedaanya. Tampak sekali keliaran berekspresi Sang Utopis untuk
bermain-main di ranah kebebasan Surialis modern.
Perjalanan panjang kejiwaan sosok
pribadi Leni KM yang begitu tegar dalam
menyusuri lorong kerasnya kehidupan, membuatnya menjadi utopia terhadap
pengalamannya. Namun demikian Leni KM sangat kuat dalam upayanya mengirimkan
pesan kedalam kanvas, hal yang bisa menjadi satu modal besarnya dalam berkarya.
Kesedihan Panjang Leni KM seperti sengaja dibungkus dalam bentuk kearifan
kegembiraan untuk memberikan pesan dan amanat dengan senyuman melalui pilihan
gaya surialis dan warna cat akrilik pilihannya.
Dengan berbekal ijasah sarjana Seni Rupa dari Universitas
Negeri Malang, Leni KM Wanita kelahiran 7 Mei 1999 ini berkeinginan untuk
menggelar pameran tunggal yang memampang 30 (tigapuluh) karyanya yang bertujuan
meneruskan jenjang pendidikan Strata-2 (S-2) menjadi sebuah obsesi besarnya
sekarang. Walaupun debut langkah raksasa Leni KM yang baru dimulainya sekitar
tahun 2018, rupanya telah meninggalkan jejak besar dalam suksesi perupa
Banyuwangi. S. Yadi K suhunya perupa Banyuwangi, takjub dan berkata : “Rumahnya
di desa bisa berkarya seperti itu adalah sebuah lompatan, terlebih dari latar
belakang kesederhanaan kehidupan dalam kesehariannya”
Wahai Sang Utopis lanjutkan menjejak langkah besarmu menuju
tujuan keagungan untuk Bumi Blambangan …
Karya berjudul Sarapan Indonesia, Pameran Kompetisi Basoeki Abdullah Art Award #4
Karya berjudul Pembuka jendela,
karya yang masuk finalis di Kompetisi Jejak Langkah Guru Bangsa
yang diselenggarakan badan Wakaf, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
Karya berjudul Flamboyan, dipamerkan di Art Jakarta 2023
Karya 3 terakhir seri Pesona Yang Semu,
dipamerkan di Mini Art Malang #5 bulan lalu di Malang Creative Center
dipamerkan di Mini Art Malang #5 bulan lalu di Malang Creative Center
===============================================
Jejak langkah Leni KM :
- Penghargaan - Finalis Kompetisi Basoeki Abdullah Art Award 2022 “IDEOLOG Kini, Tokoh, dan Bangsa”
- Pemenang kategori KARYA DENGAN ISU TER-TRENDING di Basoeki Abdullah Art Award 2022 “IDEOLOG Kini, Tokoh, dan Bangsa”
- Finalis Kompetisi Jejak Langkah Guru Bangsa di Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
2024
Pameran Mini Art Malang #5 2024, “Home Sweet Home” di Malang Creative Center,
Malang
Pameran “Addictive” di Gedung Juang, Banyuwangi
2023
Pameran Art Jakarta 2023 Bersama Studio Dinding Luar
Pameran Mini Art Malang #4 2023, “LOVE IS CALLING” di Dewan Kesenian Malang
Pameran Artos Nusantara, di Gedung Tua Boom Marina, Banyuwangi
Pameran Boom Art Fair, di Gedung Tua Boom Marina, Banyuwangi
Pameran “Kupu Cedung” di Gedung Juang, Banyuwangi 2022
Pameran Art Jakarta Bersama Studio Dinding Luar di Jakarta Convention Center,
Senayan Jakarta Pameran Mini Art Malang #3
2022
Pameran Art Jakarta Bersama Studio Dinding Luar di Jakarta Convention Center,
Senayan Jakarta Pameran Mini Art Malang #3 2022, “PAINT IT B(L)ACK” di Dewan
Kesenian Malang
Pameran Kompetisi Basoeki Abdullah Art Award #4, “IDEOLOG Kini, Tokoh, dan
Bangsa” di Museum Basoeki Abdullah, Jakarta Selatan
Pameran Kelompok SATUSAMA #7, “Titik Temu” di Studio Sendang Sempu, Banyuwangi
Pameran Kelompok SATUSAMA #4, “BENDA YANG TAK BENDA” di Studio Walet
Siliragung, B.wangi
Pameran Seni Rupa, “Cemeng Putih” di Gedung Juang 45 Banyuwangi
Pameran Lukisan “Se-Abad NU” di Studio Ilyasin Pelataran Taman Suruh,
Banyuwangi
2021
Pameran Lukisan “HARVEST” di Hotel Grand Harvest Banyuwangi
2018
Pameran Hari Jadi Banyuwangi, “OSING SPECTACULAR” di Gedung Wanita Paramitha
Kencana, Banyuwan
Komentar
Posting Komentar